Minggu, 6 Oktober 2013
Pada hari minggu saya memulai pengamatan tentang pelanggaran etika. Pada pukul 17.40 saya pergi ke gereja sekitar wilayah Perumnas III Bekasi Timur. Jalur perjalanan dari rumah saya ke gereja harus melewati daerah Bulak Kapal yang bila hari Minggu sudah sangat terkenal dengan macet dan sedikit banjir karena selokan dan sistem pengairannya tidak baik. Ketika saya mengamati kemacetan yang ada, terlihat sebenarnya macet disebabkan oleh banyaknya angkutan umum (angkot) yang suka ngetem sembarangan bahkan di depan lampu merah, padahal lampu hijau menyala, tapi karena ingin menunggu penumpang lain, banyak sekali angkot-angkot yang maksa banget untuk ngetem sembarangan. Jelas sekali ini ini melanggar etika berkendara. Daerah Lampu merah ada tanda dilarang berhenti, apalagi letaknya dipersimpangan, sehingga saya merasa begitu sulit dan dempet-dempetan dengan motor lain untuk bisa mengambil jalur ke daerah Perumnas III. Tak hanya itu persimpangan di sekitar RS Sentosa pun Macet karena persimpangan yang kecil teapi banyak kendaraan yang asal belok, sehingga mengganggu arus lalu lintas. Seharusnya perlu kesadaran dan toleransi sesama pemakai jalan, mgningat ruas jalan tidak bisa diperluas, makanya perlu berbagi jalan dan tidak emosional saat berkendara.
Senin, 7 Oktober 2013
Senin pagi saya ada jam praktikum di Laboratorium di kampus J3 di Kalimas. Seperti biasa, saya berusaha untuk tidak datang terlambat. Jam masuk praktikum dimulai pukul 07.30 tetapi sampai jam 07.25 baru sedikit yang datang. Bahkan saat memasuki dan mulai kegiatan belajar, kelas masih diisi sedikit mahasiswa, dan banyak sekali yang terlambat. Jelas banget ini mengganggu kegiatan belajar. Saat belajar ada saja yang masuk, terlalu banyak yang terlambat, lebih parahnya lagi kalau yang terlambat cowo, pasti begitu masuk terasa sekalia bau rokoknya. Ini sangat-sangat menganggu belajar. Seharusnya kakak praktikumnya bisa lebih tegas mengatur kelas, sehingga diluar toleransi keterlambatan tidak usah diizinkan masuk sehingga tidak mengganggu mahasiswa lain yang sedang belajar, dan tutor tidak kehilangan konsentrasinya.
Selasa, 8 Oktober 2013
Selasa pagi ada jam kuliah di gedung J4 Gunadarma. Jam perkuliahan dimulai jam 10.00 sedangkan saya sudah tiba di kampus jam 07.30 karena berangkat bersama keponakan saya yang sekolah di Kemang, mengingat dari rumah saya ke Kemang cukup jauh, jadi saya memilih untuk pergi bersama. Saat jam perkuliahan mulai on time jam 10.00, dosen sudah mulai menyuruh kelompok yang akan presentasi untuk meju dan mulai presentasi. Saat mulai presentasi satu persatu mahasiswa yang telat mulai masuk. bahkan hingga pukul 10.30 masih ada yang berani masuk, mengingat dosennya cukup tegas dan tidak ada toleransi terlambat. Mahasiswa yang telat dan masuk saat presentasi sangat mengganggu, dan memecah perhatian semua orang dikelas. Dengan adanya
mahasiswa yang telat dan terus-terusan masuk ke kelas tentu sangat
menggangugu kegiatan belajar di kelas, sangat perlu diperketat tentang kedisiplinan di lingkungan kampus.
Rabu, 9 Oktober 2013
Hari Rabu saya harus pergi ke kampus J1 Kalimalang untuk mengisi KRS, mengingat saya mahasiswa transfer, jadi saya harus mengisi KRS lebih awal daripada mahasiswa lain. saat mengisi KRS terlihat ketertiban dan tidak ada pelanggaran. Lalu ternyata saya baru ingat kalau ada perkuliahan jam 10.30 di J3 Kalimas. Karena saya naik angkot bisa memakan waktu 1 jam dari J1 Kalimalang ke J3 Kalimas, dan kali ini saya yang melakukan pelanggaran. Saya terlambat mengikuti jam perkuliahan bahkan 30 menit setelah jam belajar dimulai. Akhirnya dengan pelan saya minta maaf ke Dosen karena terlambat karena harus mengisi KRS. Dosen memaafkan saya dan memperbolehkan saya mengikuti kegiatan belajar. Seharusnya saya bisa memprediksi waktu dan tidak datang terlambat sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar di kelas.
Kamis, 10 Oktober 2013
Hari ini adalah hari terakhir saya melakukan pengamatan terhadap pelanggaran
etika di sekeliling saya. Pada hari kamis ini saya ada perjalanan dari Bekasi menuju Banten. Saat saya naik bis tujuan Banten saya memang meilihat pemandangan yang bagus dan hijau sedikit sekali terlihat perumahan di sekitar jalan tol, hanya terlihat sawah sepanjang jalan. Namun mendekati ruas jalan tol Banten Timur, banyak sekali orang yang turun di pertengahan jalan tol, saya sempat bingung kenapa mereka turun di jalan tol. Saya pun masih menyimpan tanda tanya karena saya memang bingung, karena jalan itu jauh dari perumahan dan pabrik. Setelah saya menyelesaikan urusan saya di Kompleks Perkantoran Banten dan menuju perjalanan pulang Banten-Bekasi, saya ingin mengikuti rute pulang, namun kata tukang ojek setempat, sebaiknya saya lewat jalan alternatif dan dekat dari jalan tol. saya bingung, padahal rute saya pergi sudah benar dan gampang ketemu jalan tol. coba saya diskusi dengan abang saya, saya mengikuti saran tukang Ojek itu. setelahh perjalanan yang jauh dan melewati ladang-ladang, saya mulai curiga dan takut kalau-kalau mereka berniat jahat, tapi tak lama sata melihat ada sebuat parkiran. Ternyata tukang Ojek itu mengarahkan jalan alternatif yaitu jalan tol yang bisa naik bis langsung ke Bekasi tanpa harus ke terminal dulu dan memang menghemat waktu. Sekarang saya tau orang-orang yang berhenti di jalan tol itu mengambil jalur alternatif agar bisa lebih dekat dari rumah mereka. Tetapi ini sebenarnya melanggar etika berkendara karena memang tidak boleh menaik-turunkan penumpang ditengah jalan tol, karena dapat membahayakan penumpang dan bis itu sendiri.